Sejarah panjang telah diciptakan oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia atau KNPI, Rumah Besar Pemuda Indonesia. Menjadi wadah berhimpun dan perjuangan Pemuda dalam kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan. Para pendiri dan para Ketua Umum yang kemudian hari dikenal sebagai sosok penting dinegeri ini, seperti David Napitupulu, Akbar Tanjung, Tjahjo Kumolo, Idrus Marham sampai Ahmad Doli Kurnia.
Awal berdirinya KNPI adalah organisasi kepemudaan yang awalanya merupakan gabungan dari kelompok Cipayung, melalui deklarasi di Jakarta. Kedaulatan KNPI berada di tangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Kongres. Pada 23 Juli 1973, KNPI dideklarasikan dan David Napitupulu sebagai Ketua Umum Pertama. David Napitupulu kala itu mengatakan bahwa Komite ini tidak mengenal keanggotaan ormas. KNPI berstatus sebagai wadah berhimpun Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang bersifat terbuka dan independen.
Dengan memberanikan diri menampilkan tokoh-tokoh eksponen pemuda yang bersumber dari semua ormas-ormas pemuda yang ada di tingkat nasional sebagai orang yang dipercaya sebagai pemimpin KNPI ini, maka tidak berlebihan kalau KNPI akan mempunyai resonansi di masyarakat, khususnya di kalangan pemuda.
Sampai pada saat rezim Orde Baru Mei 1998, muncul wacana membubarkan KNPI. Reformasi 1998 kemudian mengoreksi hampir seluruh peran KNPI selama ini.
Idrus Marham yang terpilih sebagai Ketua Umum pada era Reformasi mewacanakan rejuvenasi KNPI atau penyegaran kembali peran KNPI di tengah realitas politik nasional. Rejuvenasi dilakukan tak lain karena situasi dan kondisi atau realitas obyektif internal dan eksternal yang dihadapi oleh KNPI telah mengalami perubahan signifikan dan mendasar dibanding yang dialami pada Orde Baru.
Rejuvenasi ini akhirnya memaksa KNPI untuk independen dan kembali memosisikan pemuda sebagai mitra kritis pemerintah. Dengan visi baru ini, di era reformasi eksistensi KNPI tetap dipertahankan.
Panjang, memang panjang sejarah dan kontribusi KNPI untuk Indonesia. Selain nama-nama diatas, sudah banyak alumni KNPI baik di pusat maupun didaerah menjadi sosok-sosok penting di Republik Indonesia tercinta. Namun satu hal yang membuat miris saat ini, terpecahnya Rumah Besar Pemuda Indonesia.
Dimulai pada Kongres KNPI ke-12 akhirnya berlangsung di dua kubu yang berbeda. Pertama kubu yang tetap menolak pemecatan ketua umum mengadakan kongres di Jakarta pada 25 sampai 28 Oktober 2008. Sementara kongres lainnya berlangsung di Bali pada 28 Oktober sampai 2 November 2008. Mulai saat itu KNPI menjadi Dualisme kepemimpinan, bahkan sampai saat ini.
Terpecah atau dualisme hingga tiga kepengurusan KNPI di pusat memang tidak bisa terelakkan. Bahkan sudah terjadi berperiode-periode. Keberadaan KNPI seolah sudah menjadi salah satu jalan terbaik menuju dunia politik. Kita contoh para mantan Ketua Umum yang sukses menjadi Ketua DPR, Duta Besar, Menteri bahkan pimpinan lembaga negara lainnya. Seksi memang keberadaan KNPI, yang mempunyai resonansi atau akses bebas kepada masyarakat. Tentu hal ini kalau mampu dimanfaatkan dengan jeli, maka jalan menuju menjadi tokoh politik makin mudah.
Berkaca pada hal tersebut, saat ini "kepentingan politik pribadi" jauh lebih besar daripada membesarkan KNPI itu sendiri. Mulai dari Musda sampai Kongres, jika ada yang kalah, akan membuat tandingannya. Keegoisan dan tingginya nafsu politik menjadikan KNPI makin buram keberadaannya. Yang lucunya, pemerintah melalui kemenpora pun tidak pernah berhasil menyatukan KNPI sampai saat ini. Seolah pemerintah terlalu takutkah atau memang tidak mampu untuk menyatukan KNPI ini menjadi utuh kembali.
Tapi itulah KNPI. Branding seseorang akan naik ketika bergabung dengan Rumah Besar Pemuda Indonesia ini. Popularitas makin tinggi, tapi satu sisi efeknya rakyat yang dibuat kebingungan. Pemuda yang menjadi harapan untuk menyatukan dan meneruskan estafet kepemimpinan kelak, malah sudah terpecah belah. Sungguh miris...
Kita bercontoh ke daerah. Efek dari pecahnya KNPI sudah sampai ke daerah. Pasca Kongres 2018, daerah di Riau menjadi terbelah. DPD KNPI Riau sendiri dualisme, Satu hasil Kongres Bogor dan Satu lagi hasil Kongres Bogor Jilid II. Beberapa kabupaten pun sudah terkena efek domino dari hal itu. Pekanbaru, Kampar, Pelalawan dan daerah lain juga dualisme kepengurusan. Padahal ditahun 2022 kemaren, Kongres Penyatuan sudah dilakukan, namun tetap dualisme di pusat masih ada. Selain itu akibat dari efek dualisme ini, organisasi yang dicap "plat merah" pemerintah ini, harus merelakan tidak mendapat kue dari pemerintah. Sungguh naas....
Saling sikut, saling klaim sah, tentunya jika tidak ada solusi kongkrit dari pemerintah, untuk beberapa periode kedepan akan tetap seperti ini. Buram bahkan bubarnya KNPI tentunya tinggal tunggu waktu. Berdinamika itu perlu, tapi kita sebagai generasi penerus bangsa ini, jendral pembangunan selanjutnya, mesti berpikir dan patuh kembali kepada awal pembentukan KNPI, wadah perjuangan pembangunan Indonesia. Presiden, Menpora, Gubernur/Walikota/Bupati, sudah saatnya turun tangan menciptakan dan memberikan solusi kongkrit menyelesaikan konflik KNPI.
Kita pernah dididik disini, kita menjadi bagian dari sebuah Keluarga Besar Pemuda Indonesia. Para pendiri dan pencipta sejarah bertujuan menyatukan Pemuda Indonesia, dalam sebuah Keluarga Besar. Namun saat ini, Keluarga Besar itu sudah terpecah belah karena Ego, Nafsu Kepentingan dan Popularitas. Tidakkah Sayang dan Peduli kita dengan Generasi Selanjutnya???. 23 Juli 2023, tepat 50 Tahun sudah Keluarga Besar bernama Komite Nasional Pemuda Indonesia menciptakan berbagai sejarahnya. Mari kita sudahi perpecahan diantara kita. Sudah saatnya kita Pemuda Indonesia bersatu, keluarga Besar Komite Nasional Pemuda Indonesia.
DIRGAHAYU KNPI KE- 50 TAHUN, TERUSKAN WAHAI PEMUDA, BERJUANG MEMBANGUN INDONESIA TERCINTA. SALAM PEMUDA
Sudut Riau, 21 Juli 2023
Penulis:
Firman Wahyudi, S. Ikom
(Aktifis Riau, Mantan Pengurus KNPI,
Inisiator KEPUCUK Riau, Direktur FWC)
#PKS RIAU #HUT KNPI KE 50 #Komite Nasional Pemuda Indonesia #Pemuda Indonesia #KEPUCUK RIAU #FWC